Ibn Haitham
Islam sering kali diberikan gambaran sebagai agama yang rnundur lagi memundurkan. Islam juga dikatakan tidak mendorong umatnya menuntut dan menguasai berbagai lapangan ilmu. Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu bukan saja tidak benar tetapi bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya.
Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak kaum sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam bidang filsafat, sains, politik, sastra, kemasyarakatan, agama, medis, dan sebagainya. Salah satu fitur yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan Islam adalah mereka tidak sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, bahkan dalam waktu yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.
Meskipun tokoh itu lebih dikenal dalam bidang sains dan medis tetapi dia juga memiliki keterampilan yang tinggi dalam bidang agama, filsafat, dan se misalnya. Salah seorang dari tokoh tersebut adalah Ibnu Haitham atau nama sebenarnya Abu All Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham.
Dalam kalangan cerdik pandai di Barat, beliau dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu Haitham lahir di Basrah pada tahun 354H bersamaan dengan 965 Masehi. Beliau memulai pendidikan awalnya di Basrah sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah di kota kelahirannya. Setelah beberapa lama bekerja dengan pihak pemerintah di sana, ia memutuskan merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan ia melanjutkan studi dan berkonsentrasi pada penulisan.
Kecintaannya kepada ilmu telah membawanya hijrah ke Mesir.Saat di sana ia telah mengambil kesempatan melakukan beberapa kerja penelitian tentang aliran dan pembuangan Sungai Nil dan menyalin buku-buku tentang matematika dan falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang honorarium dalam studinya di Universitas al-Azhar. Hasil dari usaha itu, ia telah menjadi seorang yang sangat mahir dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, medis, dan filsafat. Tulisannya tentang mata, telah menjadi salah satu referensi yang penting dalam bidang studi sains di Barat. Bahkan penelitiannya tentang medis mata telah menjadi dasar bagi studi medis modern tentang mata.
Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penelitian. Penyelidikannya tentang cahaya telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler menciptakan mikroskop dan teleskop. Ia merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting tentang cahaya. Beberapa buah buku tentang cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, antaranya adalah Light dan On Twilight Phenomena.Penelitiannya banyak membahas tentang senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang bayang dan gerhana.
Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar mulai saat matahari berada di garis 19 derajat di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang saat matahari berada di garis 19 derajat ufuk barat.Dalam penelitiannya, ia juga telah berhasil memproduksi posisi cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya. Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar dan dari situ terhasillah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh ilmuwan di Italia untuk menghasilkan lensa pembesar yang pertama di dunia. Yang lebih menakjubkan adalah Ibnu Haitham telah menemukan prinsip volume udara sebelum ilmuwan yang bernama Trricella mengetahui hal itu 500 tahun kemudian.
Ibnu Haitham juga menemukan keberadaan gaya gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Haitham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat untuk menghasilkan film. Teori beliau telah membawa kepada penemuan film yang kemudian terhubung-sambung dan diputar pada para penonton sebagaimana yang dapat kita tontoni pada masa kini. Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis tentang filsafat, logika, metafisika, dan persoalan yang terkait dengan keagamaan. Ia juga menulis ulasan dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana sebelumnya.
Penulisan filsafatnya banyak terkonsentrasi pada aspek kebenaran dalam masalah yang menjadi perselisihan. Padanya pertikaian dan perselisihan tentang sesuatu hal bersumber dari pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya. Ia juga berpendapat bahwa kebenaran hanyalah satu. Karena itu semua dakwaan kebenaran wajar diragukan dalam menilai semua pandangan yang ada. Jadi, pandangannya tentang filsafat sangat menarik untuk disoroti.
Untuk Ibnu Haitham, filsafat tidak bisa dipisahkan dari matematika, sains, dan ketuhanan. Ketiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya dengan sepenuhnya. Bila umur meningkat, kekuatan fisik dan mental akan ikut mengalami kemerosotan. Ibnu Haitham membuktikan pandangannya saat ia begitu bergairah mencari dan mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Saat ini beliau berhasil menghasilkan banyak buku dan makalah. Antara buku karyanya termasuk:
Al'Jami 'fi Usul al'Hisab yang mengandung teori-teori ilmu metametik dan metametik penganalisaannya;Kitab al-Tahlil wa al'Tarkib tentang ilmu geometri;Kitab Tahlil ai'masa ^ il al 'Adadiyah tentang aljabar;Maqalah fi Istikhraj Simat al'Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat untuk segenap wilayah;
M.aqalah Fima Tad'u llaih tentang penggunaan geometri dalam urusan hukum syarak danRisalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai teknik penulisan puisi.Kontribusi Ibnu Haitham pada ilmu sains dan filsafat sangat banyak. Karena itulah Ibnu Haitham dikenal sebagai seorang yang miskin dari segi materi tetapi kaya dengan ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan hingga ke hari ini.
Namun sebagian karyanya lagi telah "dicuri" dan "diceduk" oleh ilmuwan Barat tanpa memberikan penghargaan yang sesuai kepada beliau. Sesungguhnya barat harus berterima kasih kepada Ibnu Haitham dan para sarjana Islam karena tanpa mereka kemungkinan dunia Eropa masih diselubungi dengan kegelapan. Kajian Ibnu Haitham telah menyediakan landasan bagi perkembangan ilmu sains dan pada waktu yang sama tulisannya tentang filsafat telah membuktikan keaslian pemikiran sarjana Islam dalam bidang ilmu tersebut yang tidak lagi dibelenggu oleh pemikiran filsafat Yunani.
Islam sering kali diberikan gambaran sebagai agama yang rnundur lagi memundurkan. Islam juga dikatakan tidak mendorong umatnya menuntut dan menguasai berbagai lapangan ilmu. Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu bukan saja tidak benar tetapi bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya.
Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak kaum sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam bidang filsafat, sains, politik, sastra, kemasyarakatan, agama, medis, dan sebagainya. Salah satu fitur yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan Islam adalah mereka tidak sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, bahkan dalam waktu yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.
Meskipun tokoh itu lebih dikenal dalam bidang sains dan medis tetapi dia juga memiliki keterampilan yang tinggi dalam bidang agama, filsafat, dan se misalnya. Salah seorang dari tokoh tersebut adalah Ibnu Haitham atau nama sebenarnya Abu All Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham.
Dalam kalangan cerdik pandai di Barat, beliau dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu Haitham lahir di Basrah pada tahun 354H bersamaan dengan 965 Masehi. Beliau memulai pendidikan awalnya di Basrah sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah di kota kelahirannya. Setelah beberapa lama bekerja dengan pihak pemerintah di sana, ia memutuskan merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan ia melanjutkan studi dan berkonsentrasi pada penulisan.
Kecintaannya kepada ilmu telah membawanya hijrah ke Mesir.Saat di sana ia telah mengambil kesempatan melakukan beberapa kerja penelitian tentang aliran dan pembuangan Sungai Nil dan menyalin buku-buku tentang matematika dan falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang honorarium dalam studinya di Universitas al-Azhar. Hasil dari usaha itu, ia telah menjadi seorang yang sangat mahir dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, medis, dan filsafat. Tulisannya tentang mata, telah menjadi salah satu referensi yang penting dalam bidang studi sains di Barat. Bahkan penelitiannya tentang medis mata telah menjadi dasar bagi studi medis modern tentang mata.
Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penelitian. Penyelidikannya tentang cahaya telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler menciptakan mikroskop dan teleskop. Ia merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting tentang cahaya. Beberapa buah buku tentang cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, antaranya adalah Light dan On Twilight Phenomena.Penelitiannya banyak membahas tentang senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang bayang dan gerhana.
Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar mulai saat matahari berada di garis 19 derajat di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang saat matahari berada di garis 19 derajat ufuk barat.Dalam penelitiannya, ia juga telah berhasil memproduksi posisi cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya. Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar dan dari situ terhasillah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh ilmuwan di Italia untuk menghasilkan lensa pembesar yang pertama di dunia. Yang lebih menakjubkan adalah Ibnu Haitham telah menemukan prinsip volume udara sebelum ilmuwan yang bernama Trricella mengetahui hal itu 500 tahun kemudian.
Ibnu Haitham juga menemukan keberadaan gaya gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Haitham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat untuk menghasilkan film. Teori beliau telah membawa kepada penemuan film yang kemudian terhubung-sambung dan diputar pada para penonton sebagaimana yang dapat kita tontoni pada masa kini. Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis tentang filsafat, logika, metafisika, dan persoalan yang terkait dengan keagamaan. Ia juga menulis ulasan dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana sebelumnya.
Penulisan filsafatnya banyak terkonsentrasi pada aspek kebenaran dalam masalah yang menjadi perselisihan. Padanya pertikaian dan perselisihan tentang sesuatu hal bersumber dari pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya. Ia juga berpendapat bahwa kebenaran hanyalah satu. Karena itu semua dakwaan kebenaran wajar diragukan dalam menilai semua pandangan yang ada. Jadi, pandangannya tentang filsafat sangat menarik untuk disoroti.
Untuk Ibnu Haitham, filsafat tidak bisa dipisahkan dari matematika, sains, dan ketuhanan. Ketiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya dengan sepenuhnya. Bila umur meningkat, kekuatan fisik dan mental akan ikut mengalami kemerosotan. Ibnu Haitham membuktikan pandangannya saat ia begitu bergairah mencari dan mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Saat ini beliau berhasil menghasilkan banyak buku dan makalah. Antara buku karyanya termasuk:
Al'Jami 'fi Usul al'Hisab yang mengandung teori-teori ilmu metametik dan metametik penganalisaannya;Kitab al-Tahlil wa al'Tarkib tentang ilmu geometri;Kitab Tahlil ai'masa ^ il al 'Adadiyah tentang aljabar;Maqalah fi Istikhraj Simat al'Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat untuk segenap wilayah;
M.aqalah Fima Tad'u llaih tentang penggunaan geometri dalam urusan hukum syarak danRisalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai teknik penulisan puisi.Kontribusi Ibnu Haitham pada ilmu sains dan filsafat sangat banyak. Karena itulah Ibnu Haitham dikenal sebagai seorang yang miskin dari segi materi tetapi kaya dengan ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan hingga ke hari ini.
Namun sebagian karyanya lagi telah "dicuri" dan "diceduk" oleh ilmuwan Barat tanpa memberikan penghargaan yang sesuai kepada beliau. Sesungguhnya barat harus berterima kasih kepada Ibnu Haitham dan para sarjana Islam karena tanpa mereka kemungkinan dunia Eropa masih diselubungi dengan kegelapan. Kajian Ibnu Haitham telah menyediakan landasan bagi perkembangan ilmu sains dan pada waktu yang sama tulisannya tentang filsafat telah membuktikan keaslian pemikiran sarjana Islam dalam bidang ilmu tersebut yang tidak lagi dibelenggu oleh pemikiran filsafat Yunani.
No comments:
Post a Comment