Tuesday, December 13, 2011

Ibn Tufail

Ibn Tufail
                                
Dunia Islam telah melahirkan banyak filsuf yang hebat. Namun, filsafat Islam tetap dianggap sebagai satu kelompok yang hilang dalam sejarah pemikiran manusia. Maka tidak heran, sejarah lebih mengenal tokoh-tokoh filsafat Yunani dan barat jika dibandingkan dengan filsuf Islam.
Meskipun beberapa tokoh filsafat Islam seperti al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Sina diakui dari Barat, tetapi mereka tidak mendapat tempat yang layak jika dibandingkan dengan filsuf Yunani seperti Plato dan Aristoteles.
Penelitian-penelitian tentang tokoh tersebut masih belum memadai dan jauh dari memuaskan. Meskipun para sarjana, ilmuwan, dan filsuf Islam telah menghasilkan sejumlah karya-karya yang besar tetapi kebanyakan tulisan mereka belum diterjemahkan.
Tidak kurang juga yang dihancurkan oleh perang dan pendudukan yang dilakukan oleh kekuasaan asing. Bahkan penelitian yang dilakukan terhadap pemikiran filsafat beberapa tokoh terkenal seperti Ibnu Rusyd tidak diberikan penilaian yang adil. Penelitian dan terjemahan yang dibuat oleh S. Van den Berg terhadap kitab "Lima Baida al-Thaan", tulisan Ibnu Rusyd tentang metafisika misalnya tidak mendapat sorotan yang luas wahal penelitian tersebut dapat membantu kita memahami dan mendekati pemikiran filsuf itu dengan lebih mendalam lagi.

Begitu juga dengan pemikiran filsafat Ibnu Tufail tidak banyak diketahui oleh umat Islam sendiri. Ibn Tufail yang lahir pada tahun 1106 Masehi di Asya, Granada lebih dikenal sebagai ahli hukum, medis, dan politisi yang handal.
Saat pemerintahan al-Mu'min ibn Ali, Ibn Tufail atau nama aslinya, Abu Bakr Muhammad ibn Abdul Malik ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Tufail al-Qisi pernah ditunjuk sebagai pembantu gubernur Provinsi Sabtah dan Tonjah di Maghribi.Beliau juga pernah menjadi dokter pribadi kepemerintah al-Muwahidin, Abu Ya'kub Yusuf. Setelah pensiun, tempatnya digantikan oleh anak muridnya yaitu Ibnu Rusyd. Saat hidupnya, Ibn Tufail pernah ditunjuk sebagai menteri dan merupakan politisi yang dihormati oleh pihak pemerintah.

Selain itu, ia juga melibatkan dirinya dalam bidang pendidikan, pengadilan, dan penulisan. Meskipun Ibn Tufail dikatakan telah menulis banyak buku tetapi hanya sebuah saja kitab yang diwariskan kepada generasi umat Islam hari ini. Kitab itu adalah "Hay bin Yaqzan" yang memuat pandangannya secara umum, dengan gaya bahasa yang menarik dan imiginasi yang indah.Buku ini dianggap sebagai warisan paling unik yang ditinggalkan oleh seorang filsuf Islam.
Buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia. Yang menarik dalam buku itu, Ibnu Tufail berusaha menerangkan bagaimana manusia memiliki potensi untuk mengenali Allah. Katanya, semua ini dapat dilakukan dengan membuat penelitian terhadap lingkungan dan sekitarnya.

Melalui buku itu, Ibnu Tufail mencoba menyusun satu sistem filsafat berdasarkan perkembangan pemikiran yang ada pada diri manusia. Ia berusaha mengungkap persoalan dan hubungan antara manusia, akal, dan Tuhan. Untuk itu, beliau telah menggunakan karakter Hayibn Yaqzan yang hidup di sebuah pulau di Khatulistiwa sebagai gambaran percampuran empat unsur penting dalam kehidupan yaitu panas, dingin, kering, dan basah dengan tanah.

 
Gaya itu hidup terpencil dan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan pimpinan akal dan bantuan indera. Langkah Ibn Tufail menggunakan analog! karakter tersebut dalam bukunya dianggap sebagai suatu hal yang luar biasa dalam penulisan karya yang berbentuk falsafah.Watak itu tidak pernah mengenal kedua orang tuanya.

 
Tetapi alam telah memberinya seekor kijang yang menyusu dan memberinya makan. Setelah dewasa, dia mengarahkan pandangannya terhadap hal yang ada di sekelilingnya. Di sini dia mulai membahas tentang kejadian dan rahasia perubahan yang terjadi disekelilingnya.

 
Pada anggapannya dibalik alamnya ada sebab-sebab yang tersembunyi yang mengatur dan membentuknya. Hay bin Yaqzan selalu membahas dan menganalisa sesuatu hal sehingga dia bisa mengetahui bahwa kebahagian dan kesengsaraan manusia itu tergantung pada hubungannya dengan Allah. Dengan karakter "Hay" itu, Ibn Tufail berhasil membuat deskripsi yang menarik sekaligus membantu kita memahami pemikiran filsafatnya.

Buku itu juga mengandung pengamatan Ibn Tufail tentang ilmu metafisika, matematika, fisika, dan sebagainya. Ibn Tufail melihat alam ini sebagai baru dan diatur oleh Tuhan yang satu dan berkuasa penuh. Dalam diri manusia pula ada roh yang menjadi sumber dan dasar kehidupan mereka di muka bumi ini.

 
Filsafat Ibn Tufail bukan sekedar menyentuh hal yang terkait dengan metafisik tetapi juga sains tabii seperti fisik. Ibn Tufail menemukan bahwa lapisan udara yang tinggi lebih dingin dan tipis dari lapisan yang rendah. Hal ini disebabkan panas terjadi di permukaan bumi bukannya di ruang dan lapisan udara.Beliau juga menemukan bahwa panas bisa diproduksi melalui geselan, gerakan cahaya apakah dari apt atau matahari.

 
Meskipun pandangan itu dianggap sebagai satu hal yang biasa pada hari ini tetapi pandangan ini sebenarnya telah menyediakan landasan bagi ilmuwan untuk melakukan penelitian terhadap panas dan segala fenomena yang terkait dengannya.
Pemikiran filsafat Ibnu Tufail juga meliputi hal yang berhubungan dengan masyarakat. Ia mengatakan masyarakat terdiri dari sebagian besar anggota-anggota yang malas. Karena itu, mereka mudah terpengaruhi dan terikut-ikut dengan nilai yang ada tanpa mau memperbahaskannya.

Ibn Tufail hidup hampir sezaman dengan Ibnu Bajjah. Maka sebab itu ia mudah menerima pandangan filsafat Ibnu Bajjah, al-Farabi, dan beberapa filsuf Islam yang lain dengan baik. Menurut beberapa peneliti dan pemikir, Ibnu Tufail banyak dipengaruhi oleh filsafat Ibnu Bajjah sebagaimana yang dapat diperhatikan pada pertengahan buku Hay bin Yaqzan yang banyak membawa rekomendasi yang ada dalam kitab "al-Mutawwahid".

 
Dalam buku itu, Ibnu Bajjah telah melakukan pembelaan terhadap tulisan-tulisan al Farabi dan Ibnu Sina.Namun begitu, Ibnu Tufail tidak menerima sarangan itu bulat-bulat melainkan setelah dibahas secara kritis. Selain itu beliau seorang yang jalan berpikir dalam mengungkap realitas alam dan kehidupan manusia.

Barangkali bertitik tolak dari sikapnya itu, ia tidak menyepi dan mengasingkan diri seperti yang dilakukan oleh segelintir filsuf lain. Sebaliknya ia bergiat dalam hal-hal yang terkait dengan kemasyarakatan dan berpartisipasi secara aktif dalam urusan pemerintahan dan kenegaraan. Kegiatan ini dilakukannya sampai ia menghembuskan nafas yang terakhir pada 1185 Masehi.

No comments:

Post a Comment