Sunday, February 26, 2012

Jangan Kaitkan Bom Dengan Pesantren

Jangan Kaitkan Bom Dengan Pesantren

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hadid, Desa Winduhaji, Kecamatan Sedong, Kabupaten Cirebon, menyayangkan adanya pihak yang mengait-kaitkan ponpes dengan sejumlah aksi terorisme yang terjadi di Tanah Air.

"Upaya mengkaitkan Pondok Pesantren Nurul Hadid dengan Muhammad Syarif maupun masalah terorisme adalah upaya yang tidak masuk akal dan diada-adakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab demi mereguk keuntungan dibalik penyebaran isu tersebut," kata Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hadid Ustaz Yusuf Sutisna, sebagaimana dikutip Hidayatullah.or.id dari Republika Online, Selasa (19/4) lalu.

Yusuf juga membantah pemberitaan di Lembaga Kantor Berita Nasional Antara yang menyebutkan jika Salik Firdaus (salah seorang pelaku Bom Bali II) sempat menjadi santri selama dua bulan di sana sebelum melakukan aksinya.

"Salik Firdaus memang pernah beraktivitas di pesantren, istilahnya melakukan pengabdian tapi sebagai pembantu umum, yakni mengedarkan buletin majalah dakwah, tidak ada fungsi lain, waktunya yang jelas sebentar. Setelah itu dia pergi. Dan dua tahun kemudian terjadi BB II," jelas Yusuf.

Pihaknya menyayangkan beredarnya informasi miring yang membuat orang bisa menafsirkan bahwa Pondok Pesantren Nurul Hadid pernah terkait dengan rangkaian pelaku/peristiwa pengeboman.

Ia meminta semua pihak tidak membuat asumsi-asumsi yang tidak baik terhadap pesantren yang dampaknya akan berimbas kepada umat Islam.

"Selama ini ada pihak-pihak yang seakan mengasumsikan Ponpes Nurul Hadid selalu terkait dengan aksi-aksi terorisme. Jelas ini merugikan kami dan umat Islam," kata Yusuf.

Dia menyerukan kepada semua pihak agar jangan memfitnah dan mengkaitkan Pondok Pesantren dengan isu-isu terorisme.

"Kasihan bangsa ini yang semakin terpuruk, jika terus menerus secara sistematis di jauhkan dari pesantren, para ulama dan ustadz-ustadz yang berusaha mendidik generasi bangsa ini," imbuh Yusuf.

sumberL http://hidayatullah.or.id/in/berita-topmenu-54/kabar-dunia-islam/502-jangan-kaitkan-bom-dengan-pesantren.html


Ulama Bojonegoro Haramkan Bom Bunuh Diri

Para ulama di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur  sepakat menyatakan jihad dengan cara bom bunuh diri dianggap haram. Sikap para tokoh agama ini, nantinya akan dibuat pedoman berupa buku untuk kemudian disebarkan masjid, pondok pesantren dan forum-forum pengajian.

“Bom bunuh diri jelas haram,” tegas Ketua Majelis Ulama Indonesia Bojonegoro, KH Djauhari Hasan, di kantor Polres Bojonegoro, dikutip dari Tempo Online, Rabu (20/4).

Sikap para ulama ini terungkap dalam acara silaturrahmi dan dialog antara Kepolisian Resor Bojonegoro dengan Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, pondok-pondok pesantren se Kabupaten Bojonegoro siang tadi. Forum ini nantinya akan diperluas dan menyertakan sekitar 230 pondok pesantren yang tersebar di 27 kecamatan di Bojonegoro.

Kasus bom bunuh diri di Masjid Al Dzikra di Komplek Kantor Kepolisian Resor Cirebon, Jawa Barat, kata Djauhari, adalah jihad yang keliru dan tidak pada tempatnya. Sebab, pelakunya jelas menciderai bahkan mencabut nyawa orang. Apalagi, tindakan itu dilakukan di masjid, yang digunakan umat Islam untuk menunaikan ibadah sholat. Dari sudut pandang manapun, membunuh dan merusak tempat ibadah, tidak dibenarkan dalam Islam.

Salah satu imam di Masjid Jami’ Alun-alun Bojonegoro ini juga mengatakan, bahwa sikap para ulama ini sudah sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Pusat, yakni fatwa haram untuk jihad bunuh diri. “Jadi, kita ulama di kabupaten, bersikap sama,” paparnya.

Pendapat sama juga diungkapkan Ketua Forum Umat Beragama Bojonegoro, KH Fathul Huda. Dia menyatakan, jangankan di masjid, melakukan tindakan bom bunuh diri di gereja pun, dianggap haram. Sebab, meskipun di komunitas non-Islam, hal itu juga tindakan tidak tepat. Alasannya, Islam mengharamkan tindakan bunuh diri.

“Tetap  diharamkan, meski bom bunuh diri di gereja,” tegas Pengasuh Pondok Pesantren Al Rosyid, Ngumpak Dalem, Danderini.

Artinya, lanjut alumni Pondok Pesantren Gontor Ponorogo itu, sama saja diartikan, bahwa umat Islam sangat menghormati toleransi beragama. Lebih tegasnya lagi, Islam sebagai agama yang Rahmatan lil’alamin yaitu Agama untuk kesejahteraan seluruh umat manusia.

sumber: http://hidayatullah.or.id/in/berita-topmenu-54/kabar-dunia-islam/501-ulama-bojonegoro-haramkan-bom-bunuh-diri.html

No comments:

Post a Comment